Asisten Administrasi Umum, Hukum dan Organisasi, Sulawesi Tengah, Mulyono, menghadiri kegiatan pembukaan Diseminasi Hasil PK21, bertempat di Hotel Santika, Selasa (7/12). DOK
Palu – Berdasarkan Hasil
Pendataan Keluarga 2021 (PK21), menyebutkan, perkawinan anak dalam usia dini di
Provinsi Sulawesi Tengah, mencapai 58 Persen. Bukan hanya itu, Sulteng juga masuk
dalam 10 besar Provinsi penyumbang anak stunting sebanyak 31.26 persen.
Asisten Administrasi Umum, Hukum
dan Organisasi, Sulawesi Tengah, Mulyono, saat membacakan sambutan Gubernur Sulteng
pada pembukaan Diseminasi Hasil PK21, mengatakan, PK21 telah mengumpukan data
data di masyarakat, terkait dengan masalah-masalah seputar keluarga, kependudukan dan KB. Namun kata dia, dari semua aspek yang dinilai,
maka hasilnya hanya mengerucut menjadi dua permasalahan. yakni stunting dan
perkawinan anak.
“Sulteng tergolong dalam 10 besar
nasional penyumbang anak stunting dengan prevalensi tinggi, berdasarkan data
SSGBI 2019 bahwa stunting berada di kisaran 31,26 persen, sedangkan perkawinan
anak menurut data Susenas 2018 mencapai 58 persen,” ungkapnya dalam sambutan
kegiatan Diseminasi PK21 di Hotel Santika, Selasa (7/12).
Mulyono menambahkan, dalam proses
pendataannya, PK21 dilaksanakan oleh BKKBN Perwakilan Sulteng, dimulai sejak 1
April sampai 30 Juni 2021 dengan melibatkan lebih dari 4700 kader. Sedangkan metode
pendataanya dengan cara online menggunakan perangkat smartphone dan manual
lewat kunjungan dari rumah ke rumah. Sehingga, kata Mulyono, hasil PK21 dapat
dipertanggungjawabkan karena berdasarkan sumber data mikro, by name dan by
address yang ditujukan dalam mewujudkan satu data Indonesia. Untuk itu, pemanfaatan PK21 diharap dapat
mengentaskan problematika pembangunan lewat perencanaan program yang
integratif.
Mulyono menambahkan, sebagai
upaya percepatan menurunkan stunting dan perkawinan anak, maka Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah menyebut,
ada 3 terobosan yang harus ditempuh. Yaitu, membentuk Tim Pendamping Keluarga
(TPK) yang disebar ke masyarakat. Kedua,
melibatkan perguruan tinggi lewat
program tematik Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan ketiga, kerjasama dengan pihak
ketiga atau dengan yayasan-yayasan nirlaba
Sementara itu, Deputi Bidang
Advokasi, Penggerakan dan Informasi BKKBN, Sukaryo Teguh Santoso, mengapresiasi
terobosan-terobosan Kepala Perwakilan BKKBN Sulteng, Maria Ernawati, dalam
pengentasan stunting. Diantaranya melalui kegiatan TPK yang baru ada
satu-satunya di Indonesia untuk memberi edukasi kepada calon pengantin dan calon
Pasangan Usia Subur (PUS), ibu hamil dan ibu pasca persalinan.
Para calon pengantin lanjutnya
adalah prioritas supaya mendapat pengetahuan tentang asupan gizi supaya buah
hati yang lahir nanti tumbuh menjadi generasi sehat, bebas stunting.
“Pre Wedding 5 sampai 10 juta
tapi asam folat saja ngga tahu,” ungkap Sukaryo (HMS/Bal)
إرسال تعليق